Rabu, 26 Januari 2011

Perkampungan Darurat(PD)

 Pengertian :suatu tempat pemukiman yang di adakan untuk menolong korban bencana alam untuk beberapa waktu sampai keadaan aman
 Tujuan pengungsian : menolong korban bencana alam dengan cara memindahkan penduduk dari daerah bahaya ke tempat yang aman
 Bencana Alam di sebabkan:
ઍ Oleh manusia :peperangan
ઍ Tak sebabkan manusia :Gunung meletus,banjir
 Pengorganisasian
o Pada setiap regu pengungsian baik kelompok KSR /PMR sejumlah 10 orang terdri dari satu komandan,10 orang tenaga pelaksan,jika perlu dapat di tambah TSR(Tenaga Suka Rela)
o Regu di bagi menjadi :
1. Seksi Perkamungan darurat 3 orang,tugasnya :Mendirikan Perkemahan & Melaksanakan hygiene lapangan
2. Seksi pendaftaran 2 orang,tugasnya :Pencatatan korban yang luka/meninggal,yang harus di pindahkan,dan yang tercecer
3. Seksi evakuasi/Pengungsian 3 orang,tugasnya :Menyiapkan & menentuakn macam cara evakusi,Melayani & mencukupi keperluan pengungsi,dan mengatur pemindahan dari tempatbencan ke PD
4. Seksi perhubungan 2 orang,tugasnya :menghubungi regu DU/p3k/pk bagian relif pmi,berhubungan ke luar dengan pamong praja,dinas* atau yayasan social,media massa,dsb
 LOKASI
Q Ditentukan ol PEMDA
Q Penempatan :adakan perkemahan/pemasangan tenda apabila di medn terbuka,mendirikanbangunan darurat apabiladi tanah lapang dan jangka aktunya panjang
Q Pemilihan tempat :Tanah kering & luas,ada pohon pelindung,dekat dengan sumber air,di luar kampong,tak dapat penyakit menular
Q Bangunan yang di perlukan :POS P3K,POS DU,POS PD,POS PENGUNGSI,GUDANG LOGISTIK,POS EVAKUASI
Q Usaha Hygiene lapangan :Saluran air,kamar mandi,kamar kecil,tempat pembuangan & pembakaran sampah,DLL(berhungan dgn hygiene lapangan yang teknik pembuatannya di sertai pedoman hygienr sanitasi)
Q Sie pencatatan bertugas : Pencatatan korban yang luka berat,luka ringan,meninggal,hilang/tercecer,dan masih sehat

Jumat, 21 Januari 2011

AD/ART PALANG MERAH REMAJA WIRA SMK NEGERI 1 KERTOSONO

BAB I
KEANGGOTAAN PMR

A. PENGERTIAN
Anggota PMR Wira SMKN 1 Kertosono adalah remaja yang masih terdaftar sebagai siswa siswi SMKN 1 Kertosono yang mendaftarkan diri dan terdaftar dalam kelompok.

B. SYARAT MENJADI ANGGOTA PMR
-Warga Negara Indonesia atau warga Asing yang sedang berdomisili di wilayah indonesia.

-Masih terdaftar sebagi siswa siswi SMK N 1 Kertosono.

-Mendapatkan persetujuan orangtua / wali.

-Bersedia mengikuti orientasi, pelatihan, dan pelaksanan kegiatan kepalangmerahan

-Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada pembina PMR.

C. PENGESAHAN ANGGOTA
Telah dilantik sebagai anggota Palang Merah Remaja Wira SMK N 1 Kertosono.

D. HAK DAN KEWAJIBAN
Hak dan kewajiban anggota PMR

a. Hak Anggota PMR
1. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan.
2. Menyampaikan pendapat dalam forum / pertemuan resmi PMR Wira SMK N 1 Kertosono.
3. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR.
4. Mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA).

b. Kewajiban Anggota PMR
1. Menjalankan dan membantu menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan kegiatan PMI.
2. Mematuhi AD/ART
3. Melaksanakan Tri Bhakti PMR
4. menjaga nama baik PMR Wira SMK N 1 Kertosono.
5. membayar uang iuran keanggotaan.

Hak dan Kewajiban DKF ( Dewan Kerja Fungsionaris)
1. DKF bertanggungjawab terhadap kelangsungan organisasi
2. DKF berkewajiban dan berhak untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pengembangn diri junior.
3. DKF adalah terdiri dari menthor yang telah dilantik menjadi pengurus fungsionaris oleh pembina melalui Musyawarah bersama.

Dewan kehormatan
1. Dewan kehormatn berhak dan berkewajiban mengawasi para DKF dalam menjalankan tugasnya.
2. Dewan kehormatan adalah terdiri dari senior yang telah diakui oleh pembina dan pernah dilantik sebagai warga PMR SMK N 1 Kertosono



E. BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN
Keanggotaan PMR Wira SMKN 1 Kertosono dinyatakan berakhir jika yang bersangkutan :
a. Berakhir masa keanggotaanya
b. Mohon berhenti
c. Tidak lagi menjadi siswa siswi SMK N 1 Kertosono
d. Meninggal dunia



BAB II
ATRIBUT PMR


A. SERAGAM
Terdiri dari 2 macam seragam :
1. Seragam harian.
a) Pakaian seragam sekolah yang diberi kelengakapan atribut.
b) Digunakan oleh anggota PMR kelompok sekolah.
2. Seragam Lapangan
a) Pakaian seragam lapangan berupa kaos berlambang pmi dan bertuliskan "Palang Merah Remaja" di bagian punggung.
b) Pakaian yang digunakan oleh anggota PMR kelompok sekolah dan luar sekolah.

B. LENCANA
1. Bertujuan memberikan penghargaan dan pengakuan atas peran serta anggota PMR dalam kegiatan Tri Bhakti PMR
2. X diberikan kepada seorang anggota PMR yang telah melaksanakan Tri Bhakti PMR minimal 1 tahun
3. Dipakai pada dada sebelah kiri/diatas baju pakaian seragam PMR
4. Anggota PMR yang berhak menerima lencana diusulkan oleh kelompok PMR, dan ditetapkan oleh PMI Cabang.

C. BADGE
1. Dibuat dari kain dengan disablon atau dibordir , Warna dasar sesuai pada warna jenjang PMR Wira berwarna kuning.
2. Dipakai sebagai tanda penganal PMR dilengan kiri pada pakaian seragam PMR. Dapat juga dikenakan pada jas untuk acara-acara tertentu.

D. TANDA PENGENAL
Dipakai sebagai tanda pengenal wilayah kota/kabupaten dan kelompok PMR yang besangkutan, dijahit pada lengan atas pakaian seragam PMR.



BAB III
PENUTUP
Buku ini merupakan pedoman bagi pengurus, pegawai PMI, pelatih PMI, dan pembina PMR maupun pengurus PMR di sekolah dalam mengembangkan pembinaan PMR disekolah maupun diluar sekolah.
Titik berat pembentukan PMR di sekolah dan luar sekolah adalah pembentukan karakter generasi muda dan kaderisasi dilingkungan PMI.
Keberhasilan pembentukan dan pengembangan PMR disekolah dan luar sekolah mempunyai nilai strategis dalam pengembangan organisasi PMI dimassa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita. Amien.

TRACING AND MAILING SERVICE (TMS)

a. Pelayanan Pencarian keluarga yang hilang, penyampain berita keluarga secara berita partisipasi membantu memperingankan penderitaan sesame manusia tanpa memandang ras, bangsa, aama maupun poloitok. Adapun tujuan TMS adalah untuk membantu meningkatkan penderitaan hati/batin/tekanan mental yang diakibatkan oleh perpisahan dan ketidakpastian anggota keluarga atau ornag-ornag yang dikasihi dengan cara mencari kabar tentang anggota keluarga yang hilang.
b. Tugas TMS
Bila tejadi konflik bersenjata antar bangsa atau ketegangan serta keresahan dalam negeri yang mengacau balaukan kehidupan normal “TMS” bertugas:
• Mendata, memproses dan menyampaikan semua informasi yang diperlukan untuk identifikasi orang-orang yang perlu dibantu PMI.
• Menyampaikan berita keluarga antar anggota keluarga yang terpisah bila sarana komunikasi normal terganggu.
• Mencari anggota keluarga hilang.
• Mempersatukan kembali anggota keluarga yang terpisah, melaksanakan transfer dan repatriasi.
• Berusaha mendapatkan surat-surat resmi (antara lain surat kelahiran, penangkapan, dokumen perjalanan untuk pengungsi, orang terlantar/tak berwarga Negara) yang mungkin berguna untuk memperoleh pension atau biaya oengobatan dan lain-lain.
PERSYARATAN MENJADI RELAWAN PMI
PMR:
Keanggotaan terbuka bagi anggota remaja usia pada 7 – 20 tahun atau seusia SD, SMp, SMU/SMK yang kan terbagi dalam kelompok PMR Mula, PMR Madya dan PMR Wira. Pada umumnya kegiatan dikelola melalui sekolah, bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional.
KSR:
Keanggotaan terbuka untuk umum yang berusia 20 tahun ke atas, kegiatan KSR dikelola oleh kantor PMI Cabang. Sementara ini juga sedang berkembang keanggotaan KSR PMI dilingkup perguruan tinggi. Keanggotaan tergabung dalam kesatuan korps atau unit organisasi serta dilatih dengan berbagai ketrampilan seperti : Pertolongan pertama penyelenggaraan penampungan sementara, “ Tracing and mailing service” dan sebagainya.
TSR:
Keanggotaan terbuka untuk umum, kaum professional, yang secara sukarela meluangkan/menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran atau keahlian/ketrampilan khusus yang dimilikinya untuk membantu pengembangan perhimpunan PMI. Keanggotaan TSR dapat dikelola oleh markas pusat, daerah maupun markas cabang PMI.
DDS:
(Donor Darah Sukarela) terdiri dari masyarakat umum berusia 17 – 60 tahun dan berbadan sehat. Untuk menyumbangkan darahnya pendonor dapat mendatangi kantor unit tranfusi darah cabang PMI dan mendaftarkan diri serta diperiksa sesuai prosedur sebelum pengambilan darah. Untuk organisasi, lembaga, instansi dapat mengadakan donor secara missal, yang pelaksanaannya mengundang petugas unit transfuse darah PMI Cabang Jombang. Kenaggotaan donor darah sukarela diatur dan dikoordinir oleh persatuan donor darah Indonesia .
SUMBER DAYA MANUSIA
• Seiring dengan program lima tahunan maupun satu tahunan, PMI Cabang Jombang berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia(SDM). Kalangan PMI, diarahkan untuk : Peningkatan Kualitas PMR dan KSR. Dilakukan dengan cara mengadkan perjanjiaan kerjasama PMI Dinas Pendidikan Kabupaten, Depag Kabupaten dan Dinas Kesehatan dimana diadakan rekruitmen anggota PMR KSR dari lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan umum.

• Peningkatan Kualitas PMR dan KSR.
• Melalui Bidang Ketrampilan:
Dimulai dengan meningkatkan kemampuan pelatih di bidang pertolongan pertama (PK), Perawatan Keluarga (PK), serta pertolongan pertama pada bencana (P#B) dan untuk kegiatan ini anggota KSR diikutkan pelatihan pada PMI daerah Jawa Timur maupun PMI Cabang Jombang mengadakan pelatihan di Kabupaten atas persetujuan PMI daerah jawa Timur dengan catatan pelatihnya dari daerah atau dari pusat.
• Bidang Kepemimpinan:
Dengan tujuan untuk menyiapkan pelatih bidang kepimimpinan.
• Bidang Perilaku:
Dimulai dengan pelatihan di bidang kesehatan Remaja. Hal ini dirasakan adanya permasalahan perilaku remaja yang meningkat akhir-akhir ini yaitu remaja merokok, menggunakan obat terlarang, minum alkohol, sampai kebebasan seksual dengan akibatnya antara lain penularan virus HIV/AIDS.
Macam-macam pelatihan PMI:
• Pelatihan Anggota Remaja meliputi:
- PMR Mula pelajar SD/MI, PMR Madya pelajar SLTP/MTs.
- Palang Merah Remaja Wira pelajar SLTA/ Madrasah Aliyah.
- Korp Sukarela (KSR) PMI di Cabang dari PMR Wira?umum.
- Korp Sukarela (KSR) PMI di Perguruan tinggi dari mahasiswa.
• Pelatihan bagi Anggota Pelatih meliputi:
- Pelatih PMR, Pelatih KSR
- Pelatih Spesialis : PP, PK, PBT, DU, TMS, PRS, LS, HPI, HIV/AIDS, CBFA & PHAST, SATGANA PMI.
Syarat menjadi pelatih PMR berasal dari PMR Wira. Pelatih KSR berasal dari Pelatih PMR yang sudah bersifat PMI. PMI Jawa timur Pelatih spesialis berasal dari pelatih PMR/KSR.
• Pelatihan Anggota Pembina meliputi:
- Pembina PMR berasal dari guru dan Pembina KSR berasal dari dosen.
• Pelatihan Anggota Satgana ( Satuan Siaga Penanggulangan Bencana) berasal:
- Pegawai PMI, Pelatih PMI, KSR PMI dan Perawat.
• Pelatihan Anggota sebagai Petugas penyuluhan berasal dari:
- Pelatih PMR, Pelatih KSR dan Pegawai PMI.
• Pelatihan bagi Anggota/pegawai PMI meliputi:
- Pelatihan KSR PMI di Cabang.
- Pelatihan-pelatihan PMI di cabang/Daerah.Pelatihan Satgana di Cabang/Daerah.
- Pelatihan Tranfusi Darah (Pra ATD) di Surabaya .
- Pelatihan Dokter Unit tranfusi darah di Jakarta .
- Pendidikan PTTD setingkat D1 di Jakarta.
• Anggota Pos PP PMI jalan raya meliputi:
- Orientasi kepalangmerahan dan pelatihan PP. Jalan raya.
• Anggota Pengurus Cabang/Ranting PMI meliputi:
- Orientasi Kepalangmerahan dan penataran.
KEBIJAKSANAAN PMI DALAM PENANGGULANGAN KORBAN BENCANA
1. Kesiapsiagaan.
Bahwa bencana pada umumnya sukar atau tidak dapat diketahui kapan dan dimana akan terjadi, namun manusia hanya mampu meperkirakan bencana akan terjadi.
Oleh karena itu PMI harus selalu siap siaga mengingat pertolongan dan bantuan harus diberikan secara cepat dan tepat. Untuk mewujudkan suatu kesiapsiagaan PMI, memerlukan.
• Kerjasama dengan Instansi terkait.
• Tenaga pelaksana yang siap kerja, terlatih dan berpengalaman di bidang bencana.
• Perencanaan yang baik dan matang.
• Koordinasi organisasi di semua tingkat.
• Logistik dan dana yang memadai.
• Garis komando yang tepat.
• Penilaian dan pelaporan.
Kesukarelaan
Sesuai prinsip palang merah, maka bantuan PMI dalam penanggulangan bencana dilakukan oleh tenaga sukarela. Untuk itu PMI cabang harus memiliki tenaga sukiarela dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memadai.
Kesiagaan PMI
Di dalam suasana damai dimana tidak terjadi perang atau bencana, maka PMI sebagai organisasi pertolongan dan bantuan komunikasi wajib memelihara kesiagaan tenaga dan dana:

Kesiagaan Tenaga
Tenaga tersebut adalah KSR dan TSR PMI.
Korps Sukarela (KSR) PMI perlu dibentuk dalam suatu tingkatan kepengurusan berupa satuan yang terorganisasi, yang memiliki dedikasi kemanusiaan yang tinggi dan kekuatan serta ketrampilan teknis dalam kegiatan pertolongan dan bantuan dana yang setiap saat dapat digerakkan untuk melakukan tugas di lapangan. Untuk mengantisipasi daerah rawanbanjir, PMI cabang Jombang telah membentuk dan melatih tim SATGANA ( Satuan Penanggulangan Bencana) sebanyak 45 orang. Yang personilnya dari tenaga KSR dan TSR Ranting.
Pada musim hujan yang lalu Tim SATGANA telah melaksanakan tugas membantu masyarakat pengungsi banjir dengan mendirikan DU (Dapur Umum) dan mendistribusikan bahan bantuan kepada para korban bencana banjir dan pada waktu lainnya juga menyerahkan bantuan pada pengungsi Sampit dan Aceh. Tenaga sukarela (TSR) PMI perlu dibentuk berupa perorangan-perorangan yang terdaftar dan siap ditugaskan ke Lapangan apabila diperlukan.
Kesiagaan Dana
Dana Operasional sangat penting untuk disiagakan. Oleh karena itu dana yang terkumpul dari sumbangan masyarakat harus dimasukkan ke dalam pos dana pertolongan/bantuan tertentu pada setiap neraca anggaran, dan dipertanggungjawaban kepada masyarakat penyumbang dana.
Koordinasi.
Koordinasi ini akan nyata dalam pengembangan rencana penanggulangan terpadu di bawah koordinasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana ( SATLAK PB), dimana wakil PMI akan mengadakan integrasi kemampuan nyata dan sinkronisasi upaya sesuai tugas pokok PMI.

JANJI PALANG MERAH

JANJI PALANG MERAH
- Kami Palang Merah Remaja berjanji disertai rasa tanggung jawab dan dengan kesungguhan hati
- Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Berbakti kepada masyarakat.
- Mempertinggi keterampilan.
- Mempererat pershabatan nasional dan internasional.
- Menjunjung tinggi dan memelihara nama baik Palang Merah Remaja dan Palang Merah Indonesia dengan memegang teguh prinsip Palang merah, Yaitu:
PRINSIP-PRINSIP PALANG MERAH
- Kemanusiaan
- Kesamaan
- Kenetralan
- Kemandirian
- Kesukarelaan
- Kesatuan
- Kesemestaan

Minggu, 16 Januari 2011

Pertolongan Pertama Gigitan Ular

jika kita sedang masuk ke hutan, sebaiknya kita membawa kotak p3k untuk berjaga-jaga jika kita terluka, salah satu luka yg paling berbahaya disebabkan oleh gigitan ular berbisa, jika kita terlanjur tergigit ular berbisa, segeralah lakukan tahapan penanganan sbb :

1.JANGAN PANIK !
2.Amankan posisi penolong dan korban
Terutama dari bahaya lain seperti gigitan ular itu “lagi”, lokasi yang curam, dll. Jika diri sendiri yang tergigit, ambil posisi yang aman, jauhi ular.
3.Imobilisasi pasien dan Lakukan pembalutan elastisdi atas luka gigitan untuk menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung
4.Tenangkan korban, jangan banyak melakukan aktifitas/gerakan yang menguras tenaga dan mempercepat detak jantung
5.Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING !)
Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.

Ingat perbedaan berbisa rendah dan berbisa tinggi ! ....dan yang utama.....
- Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi
- Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka nayak berarti tidak berbisa
- Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan

Selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri – ciri ular itu dan jika perlu, bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian medis .

6.Lakukan tindakan pertolongan pertama
Penanganan gigitan ular tidak berbisa.
Hanya akan menimbulkan luka sobek atau luka lecet dan gatal.
- Lepaskan pembalut elastis
- Cuci luka dengan air dan sabun atau pembersih luka (Revanol)
- Beri obat antiseptik.
- Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
Ingat ! ular tidak perlu dibunuh............

Penanganan gigitan ular berbisa menengah
Akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah sekitar luka, perubahan warna, dan jika kondisi tubuh tidak fit, akan terasa demam panas – dingin sekitar 2 s.d. 7 hari.
- Lepaskan pembalut
- Cuci luka dengan pembersih luka yang ada (revanol)
- Beri antiseptik
- Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
- Usahakan korban beristirahat sebentar
- Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
- Beri vitamin tambahan
Ingat ! ular tidak perlu dibunuh............

Bila tergigit ular jenis raksasa, ular pyhton
Mengakibatkan pendarahan terbuka dan luka sobek.
- Posisikan bagian luka di atas dari posisi jantung untuk mencegah pendarahan, lebih baik dalam posisi berbaring
- Hentikan Pendarahan ! dengan melakukan prosedur penanganan pendarahan terbuka atau dapat pula dengan teknik torniquet.
- Istirahatkan dan tenangkan korban
- Upayakan untuk evakuasi ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan pendarahan agar tidak terbuka lagi.
- Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
- Beri vitamin tambahan

Ingat !
- ular ini tidak beracun tetapi akan tetap berbahaya jika korban kehilangan banyak darah.
- saat melepas gigitan dari korban, jangan paksakan dengan menarik kepala ular, tapi mulut harus dibuka ! Perhatikan juga belitan ular.
- tidak perlu membunuh ular jenis ini kecuali.............................

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.
Efek gigitan pada umumnya :
o Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
o Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
o Mulut terasa kering
o Pusing, mata berkunang - kunang
o Demam, menggigil
o Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.

Penanganan jika tergigit dengan efek di atas:
- Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
- Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
- Buat luka baru deagn kedalam sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet (yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal.

- Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Hari ini i-dus.com bertemakan tentang"Cara paling Aman Jika tergigit Ular.Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll....

tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung dan usus.

- Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.

- Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen sesuai karakter bisa ular yang menggigit (haemotoxin atau neurotoxin)

- Informasikan pada dokter bila korban elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.

- Perawatan merupakan hal yang penting. Usahakan untuk selalu berkonsultasi agar luka cepat kering.

INGAT !
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti diatas. Jika yang diserang hanya syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.

Tujuh
- Jangan beri minuman beralkohol
- Korban tetap berusaha untuk sadar
- Berikan semua jenis makanan dan minuman yang bergizi
- Jangan bergerak berlebihan, istirahat yang cukup
- Jika perlu, segera evakuasi ke rumah sakit

Pertolongan Pertama (PP)

Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti:

1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.

2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban.

III. DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.

a. Prinsip Dasar

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya:

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.

2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.

3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

b. Sistematika Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :

1. Jangan Panik

Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.

Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.

3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.

Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.

4. Pendarahan.

Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

5. Perhatikan tanda-tanda shock.

Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.

6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

IV. KASUS-KASUS KECELAKAAN ATAU GANGGUAN DALAM KEGIATAN ALAM TERBUKA

Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:

a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.

Gejala
· Perasaan limbung
· Pandangan berkunang-kunang
· Telinga berdenging
· Nafas tidak teratur
· Muka pucat
· Biji mata melebar
· Lemas
· Keringat dingin
· Menguap berlebihan
· Tak respon (beberapa menit)
· Denyut nadi lambat

Penanganan
1. Baringkan korban dalam posisi terlentang
2. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
3. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
4. Beri udara segar
5. Periksa kemungkinan cedera lain
6. Selimuti korban
7. Korban diistirahatkan beberapa saat
8. Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan

b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.

Gejala dan tanda dehidrasi

Dehidrasi ringan
· Defisit cairan 5% dari berat badan
· Penderita merasa haus
· Denyut nadi lebih dari 90x/menit

Dehidrasi sedang
· Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
· Nadi lebih dari 90x/menit
· Nadi lemah
· Sangat haus

Dehidrasi berat
· Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
· Hipotensi
· Mata cekung
· Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
· Kejang-kejang

Penanganan
1. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
2. mengganti elektrolit yang lemah
3. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
4. Memberantas penyebabnya
5. Rutinlah minum jangan tunggu haus

c. Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.

Gejala
· Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
· Canned be heard the voice of the additional breath
· Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
· Irama nafas tidak teratur
· Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
· Kesadaran menurun (gelisah/meracau)

Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk
3. Posisikan ½ duduk
4. Atur nafas
5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan

d. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll.

Gejala
· Kepala terasa nyeri/berdenyut
· Kehilangan keseimbangan tubuh
· Lemas

Penanganan
1. Istirahatkan korban
2. Beri minuman hangat
3. beri obat bila perlu
4. Tangani sesuai penyebab

e. Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.

Gejala
· Perut terasa nyeri/mual
· Berkeringat dingin
· Lemas

Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
3. Jangan beri makan terlalu cepat

f. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.

Gejala
· Nyeri di dada
· Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
· Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
· Denyut nadi tak teraba/lemah
· Gangguan nafas
. Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
· Kepala terasa ringan
· Lemas
· Kulit berubah pucat/kebiruan
· Keringat berlebihan

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.

Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi ½ duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)

f. Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.

Gejala
· Seolah-olah hilang kesadaran
· Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
· Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas

Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Pisahkan dari keramaian
3. Letakkan di tempat yang tenang
4. Awasi

g. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.

Gejala
· Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
· Kadang disertai pusing

Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama

h. Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.

Gejala
· Nyeri pada otot
· Kadang disertai bengkak

Penanganan
1. Istirahatkan
2. Posisi nyaman
3. Relaksasi
4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

i. Memar yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.

Gejala
· Warna kebiruan/merah pada kulit
· Nyeri jika di tekan
· Kadang disertai bengkak

Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka

J. Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.

Gejala
· Bengkak
· Nyeri bila tekan
· Kebiruan/merah pada derah luka
· Sendi terkunci
· Ada perubahan bentuk pada sendi

Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka

k. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan/injury.

Gejala
· Terbukanya kulit
· Pendarahan
· Rasa nyeri

Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril/plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:

1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
o Keluarkan tanpa menyinggung luka
o Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
o Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

l. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja, dan waktu apa saja. Penghentian darah dengan cara

1. Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll
2. Fisika:
· Bila dikompres dingin akan mengecil dan mengurangi pendarahan
· Bila dengan panas akan terjadinya penjedalan dan mengurangi
3. Kimia: Obat-obatan
4. Biokimia: vitamin K
5. Elektrik: diahermik

m. Patah Tulang/fraktur yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan maupun sebagian

Gejala
· Perubahan bentuk
· Nyeri bila ditekan dan kaku
· Bengkak
· Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
· Ada memar (jika tertutup)
· Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Jenisnya
· Terbuka (terlihat jaringan luka)
· Tertutup

Penanganan
Tenangkan korban jika sadar
Untuk patah tulang tertutup
1 Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bisa digerakan/diangkat)
Sensasi (respon nyeri)
Sirkulasi (peredaran darah)
2. Ukur bidai disisi yang sehat
3. Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela tubuh bawah
4. Pasang bantalan didaerah patah tulang
5. Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka
6. Ikat bidai
7. Periksa GSS

Untuk patah tulang terbuka
1.Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang mencuat
2.Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin
3.Ikat dengan ikatan V
4.Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup

Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergeseran tulang yang patah
2. memberikan istirahat pada anggota badan yang patah
3. mengurangi rasa sakit
4. Mempercepat penyembuhan

n. Luka Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)

Penanganan
1. Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen
. Perhatikan keadaan umum penderita
3. Pendinginan
· Membuka pakaian penderita/korban
· Merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk daerah wajah, cukup dikompres air

1. Mencegah infeksi
o Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka
o Penderita dikerudungi kain putih
o Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap dll

2. Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48 jam pertama
3. Bila luka bakar luas penderita diKuasakan
4. Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24-48 jam pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan.
5. Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh.

o. Hipotermia yaitu suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin

Gejala
· Menggigil/gemetar
· Perasaan melayang
· Nafas cepat, nadi lambat
· Pandangan terganggu
· Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat

Penanganan
1. Bawa korban ketempat hangat
2. Jaga jalan nafas tetap lancar
3. Beri minuman hangat dan selimut
4. Jaga agar tetap sadar
5. Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak (jika masih kedinginan)

p. Keracunan makanan atau minuman

Gejala
· Mual, muntah
· Keringat dingin
· Wajah pucat/kebiruan

Penanganan
1. Bawa ke tempat teduh dan segar
2. Korban diminta muntah
3. Diberi norit
4. Istirahatkan
5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

q. Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah:

· Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
· Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:

1. Gigitan Ular

Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)

Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.

Penanganan untuk Pertolongan Pertama:

1. Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.

2. Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat

3. Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik

o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri

4. Perawatan luka

o Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).

5. Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)

6. Perbaikan sirkulasi darah

o Kopi pahit pekat
o Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
o Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor

7. Obat-obatan lain
o Ats
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic misalnya: PS 4:1

2. Gigitan Lipan

Ciri-ciri
1. Ada sepasang luka bekas gigitan
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam

Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
3. Gigitan Lintah dan Pacet

Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)

Penanganan
1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal

4. Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya

Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.

Perhatian:
· Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping
· Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.

V. EVAKUASI KORBAN

Adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

Prinsip Evakuasi
1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian

Alat Pengangutan

Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:

1. Manusia

Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.

Bila satu orang maka penderita dapat:
· Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
· Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
· Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas
· Dipanggul/digendong
· Merayap posisi miring

Bila dua orang maka penderita dapat:

Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung.
· Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
· Model membawa balok
· Model membawa kereta

2. Alat bantu
· Tandu permanen
· Tandu darurat
· Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
· Tali/webbing

Persiapan

Yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan penilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan gangguan persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak daolam posisi benar

VI. FARMAKOLOGI

Farmakologi adalah pengetahuan mengenai obat-obatan. Yang dibahas disini hanya sekedar obat-obatan standar yang sering dibutuhkan dalam Kegiatan Alam Terbuka.

NO Nama Obat Kegunaan
1 CTM Alergi, obat tidur
2 Betadine Antiseptik
3 Povidone Iodine Antiseptik
4 Neo Napacyne Asma, sesak nafas
5 Asma soho Asma,sesak nafas
6 Konidin Batuk
7 Oralit Dehidrasi
8 Entrostop Diare
9 Demacolin Flu, batuk
10 Norit Keracunan
11 Antasida doen Maag
12 Gestamag Maag
13 Kina Malaria
14 Oxycan Memberi tambahan oksigen murni
15 Damaben Mual
16 Feminax Nyeri haid
17 Spasmal Nyeri haid
18 Counterpain Pegal linu
19 Alkohol 70% Pembersih luka/antiseptic
20 Rivanol Pembersih luka/antiseptic
21 Chloroetil (obat semprot luar) Pengurang rasa sakit
22 Pendix Pengurang rasa sakit
23 Antalgin Pengurang rasa sakit, pusing
24 Paracetamol Penurun panas
25 Papaverin Sakit perut
26 Vitamin C Sariawan
27 Dexametason Sesak nafas

VII. PENUTUP

Pertolongan Pertama adalah sebagai suatu tindakan antisipatif dalam keadaan darurat namun memiliki dampak yang sangat besar bagi penderita atau korban. Kesalahan diagnosa dan penanganan dapat mendatangkan bahaya yang lebih besar, cacat bahkan kematian. Satu hal yang perlu diingat adalah Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Serahkan penanganan selanjutnya (bila diperlukan) pada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.


Tujuan Pertolongan Pertama

1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.

Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:

1. Akses dan Komunikasi
Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.

1. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:

a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama

b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan

1. Tansportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Dasar Hukum
Pasal 531 KUHPidana

“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566”

Folded Corner: Pasal 531 K U H Pidana “Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566”Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :

Persetujuan Pertolongan

Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :

1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan

1. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.

Alat Perlindungan Diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :

a. Sarung tangan lateks
s-tangan Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit.

b. Kaca mata pelindung
kacamata Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia

c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.

d. Masker penolong
masker Mencegah penularan penyakit melalui udara

e. Masker Resusitasi Jantung Paru
masker2 Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

f. Helm
Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.


Semua carian tubuh dianggap menular
Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh:

1. Mencuci Tangan
2. Membersihkan peralatan

v Mencuci
Membersihkan perlatan dengan sabun dan air

v Desinfeksi
Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen

v Sterilisasi
Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua mikroorganisme.

3. Menggunakan APD

Rounded Rectangle: Semua carian tubuh dianggap menular Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh: 1. Mencuci Tangan 2. Membersihkan peralatan v Mencuci Membersihkan perlatan dengan sabun dan air v Desinfeksi Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen v Sterilisasi Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua mikroorganisme. 3. Menggunakan APDSeiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.


Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama

Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :

a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.


Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1. Jujur dan bertanggungjawab.
2. Memiliki sikap profesional.
3. Kematangan emosi.
4. Kemampuan bersosialisasi.
5. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
6. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
7. Mempunyai rasa bangga.

Fungsi Alat dan Bahan Dasar

Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan mampu digunakan oleh penolong di antaranya :

1. Alat dan bahan memeriksa korban
2. Alat dan bahan perawatan luka
3. Alat dan bahan perawatan patah tulang
4. Alat untuk memindahkan penderita
5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan

ANATOMI

Pengertian – pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Gambar bisa dilihat pada buku Pertolongan Pertama edisi ke II, terbitan Markas Pusat PMI

BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:

1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)

Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).

Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :

a. Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah

b. Leher

c. Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul

d. Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.

e. Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.


Rongga dalam tubuh manusia
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :

a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya

b. Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”

c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru

d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:

i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).

e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam


Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:

1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh

2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak

3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

4. Sistem peredaran darah (sirkulasi
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari

6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh

7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)

8. Sistem Kemih (urinarius)

9. Kulit

10. Panca Indera

11. Sistem Reproduksi


PENILAIAN

Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.

Langkah – langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan


Penilaian keadaan

Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.


Keamanan lokasi

Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.

a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya

Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.


Tindakan saat tiba di lokasi

Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :

1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:

· Nama Penolong
· Nama Organisasi
· Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.


Sumber Informasi

Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
· Kejadian itu sendiri.
· Penderita (bila sadar).
· Keluarga atau saksi.
· Mekanisme kejadian.
· Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
· Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.


Penilaian Dini

Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.

Langkah-langkah penilaian dini

a. Kesan umum

Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.

Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba.

Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba

b. Periksa Respon

Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderitaTerdapat 4 tingkat Respons penderita

A = Awas

Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.

S = Suara

Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

N = Nyeri

Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.

T = Tidak respon

Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.

c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).

Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.

a. Pasien dengan respon

Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.

b. Pasien yang tidak respon

Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas

d. Menilai pernapasan (Breathing)

Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.

Pernapasan yang cukup baik

i. Dada naik dan turun secara penuh

ii. Bernapas mudah dan lancar

iii. Kualitas pernapasan normal

(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20 x/menit bayi)

Pernapasan yang kurang baik

i. Dada tidak naik atau turun secara penuh

ii. Terdapat kesulitan bernapas

iii. Cyanosis (warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)

iv. Kualitas pernapasan tidak normal

e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat

Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.

f. Hubungi bantuan

Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.

Flowchart: Terminator: Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Tiga metode pemeriksaan fisik:

1. Penglihatan (Inspection)

2. Perabaan (Palpation)

3. Pendengaran (Auscultation)

Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat. Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.

Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :

P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat

L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah

N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan

B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan

Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat, banyak yang tidak terlihat dan menyimpan serius cedera potensial.

Dengarkan penderita. Dengan mendengarkan dapat menunjukkan kepedulian dan memungkinkan mendapat informasi.

Pemeriksaan fisik (Head to Toe)

Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:

1. Kepala

Ø Kulit Kepala dan Tengkorak

Ø Telinga dan Hidung

Ø Pupil Mata

Ø Mulut

2. Leher

3. Dada

Ø Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan

Ø Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang

Ø Lakukan perabaan pada tulang

4. Abdomen

Ø Periksa rigiditas (kekerasan)

Ø Periksa potensial luka dan infeksi

Ø Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan

Ø Periksa adanya pembengkakan

5. Punggung

Ø Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk

Ø Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

6. Pelvis

7. Alat gerak atas

8. Alat gerak bawah

Pemeriksaan tanda vital

1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

Denyut Nadi Normal :

Bayi : 120 – 150 x/menit

Anak : 80 – 150 x/menit

Dewasa : 60 – 90 x/menit

Frekuensi Pernapasan Normal:

Bayi : 25 – 50 x/ menit

Anak : 15 – 30 x/ menit

Dewasa : 12 – 20 x/ menit

Riwayat Penderita

Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.

Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK

K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)

sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita

O = Obat-obatan yang diminum.

Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.

M = Makanan/minuman terakhir

Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.

P = Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.

A = Alergi yang dialami.

Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya

K = Kejadian.

Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.

Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.

Pemeriksaan Berkelanjutan

Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.

Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.

Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :

1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman

Pelaporan dan Serah terima

Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.

Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :

* Umur dan jenis kelamin penderita
* Keluhan Utama
* Tingkat respon
* Keadaan jalan napas
* Pernapasan
* Sirkulasi
* Pemeriksaan Fisik yang penting
* KOMPAK yang penting
* Penatalaksanaan
* Perkembangan lainnya yang dianggap penting

Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan anda.

Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.

BHD

Sistem pernapasan dan sirkulasi

a. Sistem pernapasan, fungsi :

Ø Mengambil oksigen

Ø Mengeluarkan CO2

Ø Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )

Susunan saluran napas :

i. Mulut/hidung

ii. Faring

iii. Larings

iv. Trakea

v. Bronkus

vi. Bronkiolus

vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).

b. Sistem sirkulasi, fungsi :

Ø Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.

Ø Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun

Ø Mengedarkan panas ke seluruh tubuh

Ø Membantu membekukan darah bila terjadi luka

Sistem sirkulasi, terdiri dari :

i. Jantung

ii. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )

iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )

iv. Saluran limfe

Pengertian mati klinis dan mati biologis

Mati klinis :

Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.

Mati biologis :

Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).

Tanda-tanda pasti mati :

a. Lebam mayat

b. Kaku mayat

c. Pembusukan

d. Tanda lainnya : cedera mematikan.

4 komponen rantai survival

a. Kecepatan dalam permintaan bantuan

b. Resusitasi jantung paru ( RJP )

c. Defibrilasi

d. Pertolongan hidup lanjut

3 komponen Bantuan Hidup Dasar

a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas

b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan

c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.

2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas

Ø Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )

Ø Benda asing ( pada bayi dan anak kecil )

2 macam cara membuka jalan napas

Ø Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang).

Ø Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)

Cara memeriksa napas

Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.

2 teknik untuk membersihkan jalan napas

Ø Menempatkan posisi pemulihan

Ø Sapuan jari

Mengenali sumbatan jalan napas

Ø Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.

Ø Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran

Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita

Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :

Ø Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.

Ø Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada

Prinsip dasar bantuan pernapasan

2 Teknik bantuan pernapasan :

i. Menggunakan mulut penolong :

Ø mulut ke masker RJP

Ø mulut ke APD

Ø mulut ke mulut/ hidung

ii. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)

Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;

Ø penyebaran penyakit

Ø kontaminasi bahan kimia

Ø muntahan penderita

Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing kelompok umur penderita.

Ø Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik

Ø Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Ø Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Ø Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas

i. Tanda pernapasan adekuat :

Ø Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan

Ø Penderita tampak nyaman

Ø Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )

ii. Tanda pernapasan kurang adekuat :

Ø Gerakan dada kurang baik

Ø Ada suara napas tambahan

Ø Kerja oto bantu napas

Ø Sianosis ( kulit kebiruan )

Ø Frekuensi napas kurang/ berlebih

Ø Perubahan status mental

iii. Tanda tidak bernapas :

Ø Tidak ada gerakan dada/ perut

Ø Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung

Ø Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi

Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :

Ø Dewasa : 4 – 5 cm

Ø Anak dan bayi : 3 – 4 cm

Ø Bayi : 1,5 – 2,5 cm

Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.

Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :

Ø Tidak ada respon

Ø Tidak ada napas

Ø Tidak ada nadi

Ø Alas RJP harus keras dan datar

a. 2 macam rasio pada RJP

i. Dewasa dikenal 2 rasio :

Ø 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus

Ø 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus

ii. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus

b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar

Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.

Letak titik pijatan pada PJL :

i. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.

ii. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.

iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )

c. 6 tanda RJP dilakukan dengan baik

i. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.

ii. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.

iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal

iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik

v. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak

vi. Nadi akan berdenyut kembali

d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP

i. Patah tulang dada/ iga

ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)

iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )

iv. Luka dan memar pada paru-paru

v. Robekan pada hati

e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan

i. penderita pulih kembali

ii. penolong kelelahan

iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih

iv. jika ada tanda pasti mati

f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN


AKIBAT

Penderita tdk berbaring pd bidang keras


PJL kurang efektif

Penderita tidak horisontal


Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang

Tekan dahi angkat dagu, kurang baik


Jalan napas terganggu

Kebocoran saat melakukan napas buatan


Napas buatan tidak efektif

Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan


Napas buatan tidak efektif

Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat


Patah tulang, luka dalam paru-paru

Rasio PJL dan napas buatan tidak baik


Oksigenasi darah kurang

Pendarahan

Pengertian Perdarahan

Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.

Jantung

Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.

Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.

Arteri/Pembuluh Nadi

Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar

Vena/Pembuluh Balik

Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap

Kapiler/Pembuluh Rambut

Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan

Denyut

Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit.

Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:

1. Radial – Berada di pergelangan tangan

2. Carotid – Berada di leher

3. Femoral – Berada di lipatan paha

Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.

Darah

Komposisi

Terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah.

Sumber Perdarahan

Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit.

Berdasarkan sumber perdarahan:

a. Perdarahan nadi

b. Perdarahan pembuluh balik

c. Perdarahan pembuluh rambut

PENDARAHAN

Jenis Perdarahan

Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada di luar tubuh.

Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar tubuh.

Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.

Perdarahan luar

Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.

Perawatan untuk Perdarahan luar

a. Tekanan Langsung

b. Elevasi

c. Titik Tekan

d. Immobilisasi

Menggunakan Torniket

Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.

Perdarahan dalam

Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.

Gejala dan Tanda

Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:

a. Batuk darah berwarna merah muda

b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)

c. Terdapat memar

d. Bagian Abdomen terasa lunak

Perawatan untuk Perdarahan dalam

Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih.

1. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
2. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
3. Atasi Syok
4. Pindahkan penderita secepatnya

Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.

Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.

Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :

1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut

Perawatan Perdarahan

1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :

a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.

b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan

c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat

d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.

1. Pada perdarahan besar:

a. Jangan buang waktu mencari penutup luka

b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.

c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan.

d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.

e. Pasang pembalutan penekan

1. Pada perdarahan ringan atau terkendali :

a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka

b. Tekan sampai perdarahan terkendali

c. Pertahankan penutup luka dan balut

d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama

1. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam

a. Baringkan dan istirahatkan penderita

b. Buka jalan napas dan pertahankan

c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi

d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok

e. Jangan beri makan dan minum

f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada

g. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti

Syok

Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).

Penyebab

Ø Kegagalan jantung memompa darah

Ø Kehilangan darah dalam jumlah besar

Ø Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik

Ø Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.

Gejala dan tanda syok

Ø Nadi cepat dan lemah

Ø Napas cepat dan dangkal

Ø Kulit pucat,dingin dan lembab

Ø Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga

Ø Haus

Ø Mual dan muntah

Ø Lemah dan pusing

Ø Merasa seperti mau kiamat, gelisah

Penanganan syok

Ø Bawa penderita ke tempat teduh dan aman

Ø Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki.

Ø Pakaian penderita dilonggarkan

Ø Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup

Ø Tenangkan penderita

Ø Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.

Ø Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada

Ø Jangan beri makan dan minum.

Ø Periksa berkala tanda vital secara berkala

Ø Rujuk ke fasilitas kesehatan

Jaringan Lunak

Pengertian

Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.

Klasifikasi Luka

Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Luka terbuka

Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.

b. Luka tertutup

Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit.

Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.

Luka Terbuka

Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :

a. Luka lecet

Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata

b. Luka robek

Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.

c. Luka sayat

Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering merupakan kasus kriminal

d. Luka tusuk

Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.

e. Luka avulsi

Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.

f. Luka amputasi

Bagian tubuh tertentu putus.

Luka Tertutup

Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :

a. Luka memar

Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan

b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)

Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.

c. Luka remuk

Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.

Penutup dan Pembalut Luka

Penutup luka

1. Membantu mengendalikan perdarahan

2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut

3. Mempercepat penyembuhan

4. Mengurangi nyeri

Pembalut

Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

Fungsi pembalut

1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.

Beberapa jenis pembalut

Ø Pembalut pita/gulung.

Ø Pembalut segitiga (mitela).

Ø Pembalut penekan.

Penutupan luka

Ø Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.

Ø Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.

Ø Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi

Pembalutan

Ø Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan.

Ø Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.

Ø Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban

Ø Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.

Ø Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.

Ø Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.

Ø Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.

Penggunaan penutup luka penekan

Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :

1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

Perawatan luka Terbuka

1. Pastikan daerah luka terlihat

2. Bersihkan daerah sekitar luka

3. Kontrol perdarahan bila ada

4. Cegah kontaminasi lanjut

5. Beri penutup luka dan balut

6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah

7. Tenangkan penderita

8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi

9. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Perawatan Luka Tertutup

Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam

Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Ø Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Ø Balut tekan
Ø Istirahatkan anggota gerak tersebut
Ø Tinggikan anggota gerak tersebut

Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.

Perawatan luka dengan benda asing menancap

Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut :

1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.

2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut

3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.

4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap

5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.

6. Rawat syok bila ada

7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.

8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Patah Tulang

Cedera Otot Rangka

Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.

Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.

Penyebab

Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.

Cedera dapat terjadi sebagai akibat :

1. Gaya langsung.

Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.

2. Gaya tidak langsung.

Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti

3. Gaya puntir.

Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan.

Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.

Gejala dan tanda patah tulang

Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :

1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

Pembagian Patah Tulang

Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup

Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.

Pembidaian

Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.

Tujuan pembidaian

1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan

Beberapa macam jenis bidai :

1. Bidai keras.

Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.

Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

1. Bidai traksi.

Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.

Contoh : bidai traksi tulang paha

1. Bidai improvisasi.

Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.

Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

1. Gendongan/Belat dan bebat.

Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.

Contoh : gendongan lengan.

Pedoman umum pembidaian

Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.

1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.

2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.

3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.

4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.

5. Siapkan alat-alat selengkapnya.

1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.

6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.

7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.

8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.

9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.

10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.

11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.

12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.

13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.

14. Jangan membidai berlebihan.

Pertolongan cedera alat gerak

1. Lakukan penilaian dini.

· Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.

· Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.

2. Lakukan pemeriksaan fisik.

3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.

4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.

5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.

6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.

7. Lakukan pembidaian.

8. Kurangi rasa sakit.

· Istirahatkan bagian yang cedera.

· Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).

· Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.

Luka Bakar

Sebab :

v Panas

v Kimia

v Listrik

v Radiasi

PENGGOLONGAN

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :

1. Luka bakar superfisial (derajat satu)

Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).

Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak

2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)

Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.

3. Luka bakar derajat tiga

Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri
Luas luka bakar

Gambar rumus sembilan

Rumus telapak tangan.

Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah embandingkannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.

Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR

Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan

· Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas

· Luka bakar derajat dua kurang dari 15%

· Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang

· Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas

· Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%

· Luka bakar derajat satu lebih dari 50%

Luka bakar berat

· Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang

· Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas

· Luka bakar derajat tiga di atas 10%

· Luka bakar derajat dua lebih dari 30%

· Luka bakar yang disertai cedera alat gerak

· Luka bakar mengelilingi alat gerak

Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :

1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.

2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.

Penatalaksanaan luka bakar

· Keamanan keadaan

· Keamanan penolong dan orang lain

1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit

2. Buka pakaian dan perhiasan

3. Lakukan penilaian dini

4. Berikan pernapasan buatan bila perlu

5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar

6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri

7. Upayakan penderita senyaman mungkin

Pemindahan

Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH

Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.

Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

· Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat

· Gunakan tungkai jangan punggung

· Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh

· Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang

· Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban

· Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.

Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.

MEMINDAHKAN KORBAN

Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.

Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban

Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:

· Kebakaran atau bahaya kebakaran

· Ledakan atau bahaya ledakan

· Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :

– Bangunan yang tidak stabil

– Mobil terbalik

– Kerumunan masa yang resah

– Material berbahaya

– Tumpahan minyak

– Cuaca ekstrim

· Memperoleh akses menuju korban lainnya

· Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP

Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat

· Tarikan baju

· Tarikan selimut atau kain

· Tarikan bahu/lengan

· Menggendong

· Memapah

· Membopong

· Angkatan pemadam

Pemindahan Biasa

Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.

Contohnya :

· Angkatan langsung

· Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban

Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.

· Korban dengan syok

· Tungkai ditinggikan

· Korban dengan gangguan pernapasan

· Biasanya posisi setengah duduk

· Korban dengan nyeri perut

· Biasanya posisi meringkuk seperti bayi

· Posisi pemulihan

· Untuk korban yang tidak sadar atau muntah

Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi

· Tandu beroda

· Tandu lipat

· Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma

· Vest type extrication device (KED)

· Tandu kursi

· Tandu basket

· Tandu fleksibel

· Kain evakuasi

· Papan spinal

Kedaruratan

Semua yang dialami korban yang tidak tergologn dalam kecelakaan dimasukan dalam kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka.

Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.

Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.

Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :

Gejala :

1. Demam

2. Nyeri

3. Mual, muntah

4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali

5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat

6. Sesak atau merasa sukar bernapas

7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut

Tanda :

1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)

2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.

3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)

4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)

5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil

6. Bau khas dari mulut atau hidung

7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan

8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare

9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.

Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis

Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :

1. Pingsan (Syncope/collapse) :

Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.

Gejala dan tanda:

1. Perasaan limbung.

2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.

3. Lemas, keluar keringat dingin.

4. Menguap.

5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.

6. Denyut nadi lambat.

Penatalaksanaan :

1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.

2. Longgarkan pakaian.

3. Usahakan penderita menghirup udara segar.

4. Periksa cedera lainnya.

5. Beri selimut, agar badannya hangat.

6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.

7. Bila tidak cepat pulih, maka:

- periksa napas dan nadi.

- posisikan stabil.

- bawa ke fasilitas kesehatan

2. Paparan panas

Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:

A. Kram panas

Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.

Gejala dan Tanda:

1. Kejang pada otot yang disertai nyeri

2. Tungkai dan perut.

3. Kelelahan.

4. Mual

5. Mungkin pingsan

Penatalaksanaan :

1. Baringkan penderita di tempat teduh.

2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam. JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK MENCARI GARAM.

3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

B. Kelelahan Panas

Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.

Gejala dan tanda :

1. Pernapasan cepat dan dangkal.

2. Nadi lemah.

3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat

4. Pucat, keringat berlebihan.

5. Lemah.

6. Pusing, kadang tidak repon.

Penatalaksanaan :

1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.

2. Kendorkan pakaian yang mengikat.

3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.

4. Berikan oksigen bila ada.

5. Beri minum bila penderita sadar.

6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Sengatan Panas

Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.

Gejala dan tanda:

1. Pernapasan cepat dan dalam.

2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.

3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan

4. Manik mata melebar.

5. Kehilangan kesadaran.

6. Kejang umum atau gemetar pada otot.

Penatalaksanaan :

1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.

2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.

3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.

4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

3. Paparan dingin (Hipotermia)

Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.

Gejala dan tanda

Hipotermia sedang :

1. Menggigil.

2. Terasa melayang.

3. Pernapasan cepat, nadi lambat.

4. Gangguan penglihatan.

5. Reaksi mata lambat.

6. Gemetar.

Hipotermia berat :

1. Pernapasan sangat lambat.

2. Denyut nadi sangat lambat.

3. Tidak ada respon.

4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.

5. Alat gerak kaku.

6. Tidak menggigil.

Penanganan hipotermia:

Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.

1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.

2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.

3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.

4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.

5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.

6. Pantau tanda vital secara berkala.

7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Keracunan

Pengertian:

Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.

Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.

Cara terjadinya Keracunan pada manusia:

A. Sengaja bunuh diri

Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus keracunan tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan.

B. Keracunan tidak disengaja

Misalnya:

a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat kimia tertentu.

b. Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka susu dan sebagainya.

c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi.

d. Udara yang tercemar gas beracun.

Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia

1. Melalui mulut/alat pencernaan.

a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam jumlah besar atau diminum dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi keracunan

b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol, tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang kadaluarsa.

c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya.

d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman keras)

a. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan petunjuk mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat, pembungkus, sisa makanan, sisa muntahan.

2. Melalui pernapasan.

a. Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam kendaraan yang tertutup).

b. Kebocoran gas industri.

3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)

Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam kulit tersebut.

Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau bagian tubuh lainnya.

4. Melalui suntikan atau gigitan

a. Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.).

b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut, gurita, tiram dll).

c. Obat suntik

Gejala dan tanda keracunan secara umum

Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh.

Gejala dan tanda keracunan umum :

a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan

b. Penurunan respon

c. Gangguan pernapasan

d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan

e. Mual, muntah, diare

f. Lemas, lumpuh, kesemutan

g. Pucat atau sianosis

h. Kejang-kejang

i. Gangguan pada kulit

j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan

k. Syok

l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.

Penatalaksanaan keracunan secara umum :

1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.

2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.

3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.

4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.

5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada

6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun .

7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.

8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.

9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi.

10. Penatalaksanaan syok bila terjadi

11. Pantaulah tanda vital secara berkala.

12. Bawa ke fasilitas kesehatan

Incident Command System dan Triage

Incident Command System (ICS)

Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.

Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana, kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.

Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada :

1. Daerah triage

Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.

2. Daerah pertolongan

Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan diberikan.

3. Daerah transportasi

Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.

4. Daerah penampungan penolong dan peralatan.

Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.

Peran Penolong Pertama

Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :

1. Mendirikan Posko dan komandonya
2. Menilai keadaan
3. Meminta bantuan sesuai keperluan
4. Mulai melakukan triage

Penilaian keadaan

Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :

1. Keadaan
2. Jumlah penderita
3. Tindakan khusus
4. Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5. Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
6. Berapa banyak sektor yang diperlukan
7. Wilayah atau areal penampungan

Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.